Dukuh Bantul Tolak Masa Jabatan 9 Tahun, Sebut Isu Disamakan dengan Lurah Berasal dari Luar DIY

HARIANE JOGJA – Paguyuban Dukuh Bantul tolak masa jabatan 9 tahun alias disamakan oleh lurah, berdasarkan wacana revisi UU Nomor 6 tahun 2014.

Aksi Paguyuban Dukuh Bantul tolak masa jabatan 9 tahun karena dianggap akan kesulitan melakukan transfer birokrasi akibat gonta ganti perangkat desa.

Aspirasi Dukuh Bantul tolak masa jabatan 9 tahun ini dilakukan oleh 200 dukuh dari Kabupaten Bantul ke DPRD DIY pada Kamis, 27 Januari 2023.

Sikap Tegas Paguyuban Dukuh Bantul Tolak Masa Jabatan 9 Tahun

Seperti artikel yang ditayangkan di Hariane.com dengan judul ‘Wacana Masa Jabatan Perangkat Desa Disamakan Lurah, Paguyuban Dukuh Kabupaten Bantul Tolak Tegas’ pada Sabtu, 28 Januari 2023, diketahui wacana masa jabatan perangkat desa disamakan lurah itu digagas oleh Dewan Pimpinan Pusat, Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (DPP APDESI)

Penolakan masa jabatan perangkat desa disamakan lurah disampaikan oleh Ketua Paguyuban Dukuh (Pandu) Bantul Sulistyo, yang menyebut pihaknya dan anggota lain tidak setuju.

BACA JUGA:  Masalah TPST Piyungan di Bantul, Pemkab Bantul Dorong Pemilahan Sampah di Tingkat Rumah Tangga

Sulistyo mengatakan bahwa Pandu tetap berkomitmen untuk mendukung masa jabatan perangkat desa sampai dengan usia 60 tahun. Dukungan itu telah disampaikan bersama 200 Dukuh dari Bantul ke DPRD DIY pada Kamis, 27 Januari 2023 lalu.

“Pandu tegas menolak masa bakti pamong disamakan dengan masa jabatan lurah. Kami komitmen mendukung masa bakti pamong sampai dengan usia 60 tahun, dan justru kami mengusulkan agar dikembalikan menjadi 64 tahun,” tegasnya, Sabtu 28 Januari 2024.

Dyah Ayu