Gejala Penyakit LSD Pada Sapi di Jogja Ditemukan di 3 Kabupaten, Apa Dampaknya Pada Ternak?

Hendra mengatakan, virus LSD atau Lumpy Skin Disease menyerang pada hewan secara acak sehingga belum tentu hewan lain dari peternakan yang sama terjangkit LSD.

BACA JUGA:  Korban Tanah Longsor di Perumahan Sleman Ditemukan, Jumlah Meninggal Dunia Jadi 2 Orang
gejala penyakit LSD pada sapi di DIY
Ilustrasi temuan kasus LSD pada sapi yang kini terdeteksi di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). (Foto: Hariane/Wahyu Turi K.)

Adapun penularan LSD ialah melalui vektor seperti nyamuk, lalat, dan caplak.

Sementara dari gejala penyakit LSD pada sapi di Jogja, sapi yang terjangkit mengalami demam dan timbulnya nodul pada tubuh hewan di mana masa inkubasi LSD berkisar antara satu hingga empat minggu.

“Gejalanya demam dan bentol-bentol yang bertahan selama dua sampai empat minggu,” katanya.

Ia menyampaikan, berbeda dengan kasus PMK (Penyakit Mulut dan Kuku), penyakit LSD tidak menyebabkan kematian pada hewan ternak, begitu pula virus ini tidak menular pada manusia.

Lebih lanjut Hendar menjelaskan, hewan ternak yang terjangkit LSD dapat diberikan obat meskipun obat yang ada saat ini hanya untuk mengurangi pertumbuhan penyakit atau memperparah penyakit.

“Ada obat yang bisa mengurangi replikasi virus dalam tubuh hewan, bukan obat khusus tetapi mengurangi. Vaksinasi masih terbatas tetapi tahun ini kemungkinan pemerintah menyalurkan vaksin ke daerah-daerah yang belum mendapatkan,” ujarnya soal virus LSD pada sapi di DIY.

Meskipun belum ada terdeteksi di Kabupaten Bantul, BBVet Wates menghimbau agar para peternak mewaspadai adanya kasus serupa.

Untuk mengantisipasi adanya temuan LSD pada hewan, peternak dan masyarakat engurangi habitat vektor seperti tempat yang lembab lingkungan dengan suhu yang rendah dan menimbulkan genangan air.

Dyah Ayu