Mengenal Perpustakaan Widya Budaya di Kraton Jogja, Tempat Menyimpan Arsip dan Manuskrip Berharga

Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Peristiwa Geger Sepehi atau Geger Sepoy merupakan penyerbuan pasukan Inggris terhadap Kraton Yogyakarta yang berlangsung selama 3 hari yaitu pada 19-20 Juni 1812.

Peristiwa Geger Sepehi berawal ketika pada tahun 1811 Inggris mulai berkeinginan menguasai Pulau Jawa yang kala itu dipimpin oleh Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffless.

Peristiwa ini berdampak besar pada kepustakaan di Kraton karena seluruh naskah sejarah yang ada di keraton dirampas oleh Raffles. Sebagian besar naskah tersebut dibawa ke Inggris dan kini disimpan di Bristish Library.

Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855) kemudian menjalankan kembali kegiatan penciptaan karya sastra.

Pada masa ini lahir beberapa karya baru yang ditulis dan disadur ulang yang terdiri atas babad, suluk, roman Islam, sastra wayang, silsilah, pawukon, hingga cerita-cerita kenabian

Penciptaan dan penyaduran karya-karya tersebut dimaksudkan untuk pengembangan kebudayaan rohani serta adanya lonjakan penulisan dan penyalinan sastra.

Pada masa pemerintahan HB V hingga HB VII, sekitar tahun 1846-1851, setidaknya telah diproduksi 121 karya sastra, mulai dari babad, piwulang, suluk, primbon, hingga silsilah.

Seluruh karya sastra tersebut disimpan di Gedong Prabayeksa dan tidak bisa dibaca oleh kerabat Sultan lainnya.

BACA JUGA:  Mengenal Gudeg Yu Djum Jogja, Masuk 20 Besar Restoran Terbaik di Indonesia Menurut TasteAtlas

Awal Mula Berdirinya Perpustakaan Widya Budaya di Kraton Jogja

Manuskrip Kraton Jogja
Salah satu manuskrip di Perpustakaan Widya Budaya di Kraton Jogja. (Foto: Instagram/@kratonjogja)
Admin