Heboh Sapi Berkepala Dua Lahir di Gunungkidul, Bagaimana Penjelasan Ilmiahnya?

Contoh lain adalah kepala ular dapat menyerang dan bahkan mencoba menelan satu sama lain.

Oleh karena itu, hewan polycephalic tidak dapat bertahan hidup dengan baik di alam liar dibandingkan dengan hewan normocephalic yang normal.

Kebanyakan ular berkepala dua hanya hidup selama beberapa bulan, meskipun beberapa telah dilaporkan hidup seumur hidup dan bahkan bereproduksi dengan keturunan yang lahir normal.

Fenomena sapi kepala dua sebenarnya masuk akal karena ada berbagai macam kembar siam.

Bahkan kembar siam non-dicephalic mungkin hampir tidak dapat disatukan dan dapat dipisahkan melalui operasi.

Bagaimana Fenomena Tersebut Dapat Terjadi?

Seperti yang diwartakan oleh laman Huron County Museum, beberapa literatur menunjukkan bahwa fenomena di atas disebabkan oleh gangguan pada garis primitif.

Garis primitif sendiri merupakan struktur embrio yang terorganisir dari sel-sel yang muncul pada minggu kedua masa kehamilan.

Apakah faktor lingkungan berpengaruh terhadap fenomena sapi kepala dua?

Tidak ada yang tahu persis mekanisme lingkungan dibalik pembelahan embrio yang tidak normal tersebut.

Kekurangan mineral dan faktor lingkungan seperti peningkatan suhu air dan paparan bahan beracun telah terlibat dalam beberapa spesies, tetapi kemungkinan besar ada banyak penyebabnya.

BACA JUGA:  Kakek Setubuhi Cucu di Gunungkidul yang Masih Remaja, Diduga Tidak Hanya 1 Kali

Kelainan gen yang sifatnya acak juga dapat mempengaruhi kesalahan perkembangan embrio yang memungkinkan terjadinya fenomena ini, seperti sapi berkepala dua lahir di Gunungkidul. **** (Kontributor: Meilisa Jibrani)

Admin