Makna Kapal Tujuh Provinsi yang Diperingati 5 Februari, Perlawanan Pertama Pelaut Indonesia

Mereka menyebarluaskan informasi bahwa Kapal perang De Zeven Provincien sudah diambil-alih oleh awak kapal dan sedang bergerak ke Surabaya.

BACA JUGA:  Hari Raya Galungan 2023 Jatuh Hari Ini, Simak Makna dan Sejarah Lengkapnya
Kapal Tujuh Provinsi
Moud Boshart, perwira radio Belanda yang turut menyebarkan informasi soal pemberontakan ABK Indonesia. (Foto: YouTube/Rantai Sejarah)

Mendengar berita pemberontakan ini, Belanda mengirimkan sebuah kapal untuk mengejar, yaitu Aldebaren.

Begitu kapal Aldebaren mendekat, Kapal Tujuh memberikan sinyal akan menembak jika kapal tersebut berani mendekat. Kapal Aldebaren pun mundur dan berhenti mengejar.

Belanda kemudian mengirim kapal penebar ranjau, Goudenleeuw, untuk melakukan pengejaran.

Tetapi kapal ini tidak berani untuk terlalu mendekat karena kedua kapal pengejar ini memiliki meriam lebih kecil dan kalah persenjataan dibanding kapal tujuh.

Pada 5 Februari, kapal sudah berada di pulau Berueh, hingga akhirnya tanggal 10 Februari sampai di Selat Sunda.

Begitu memasuki Selat sunda, pihak Belanda mengirimkan kapal perang “Java”, dan dikawal dua kapal torpedo: Piet Hien dan Evetsen untuk mengejar Kapal Tujuh Provinsi.

Martin Paraja dan kawan-kawan kembali menyatakan menolak untuk menyerah. Pada hari Jumat, 10 Februari 1933, tepat am 09.18 WIB, bom pertama berukuran 50 kg mulai dijatuhkan, tetapi belum mengenai sasaran.

BACA JUGA:  Sejarah Penyakit Pele Hingga Meninggal, Sudah Hidup dengan Satu Ginjal Sejak 1970-an

Bom kedua dijatuhkan dan tepat mengenai geladak kapal. Pemberontak kapal tujuh memberikan perlawanan.

Kapal tersebut ternyata tidak dilengkapi dengan meriam penangkis serangan udara. Martin Paradja, yang memimpin pemberontakan ini, tewas saat pemboman itu.

Admin