Contoh lain adalah kepala ular dapat menyerang dan bahkan mencoba menelan satu sama lain.
Oleh karena itu, hewan polycephalic tidak dapat bertahan hidup dengan baik di alam liar dibandingkan dengan hewan normocephalic yang normal.
Kebanyakan ular berkepala dua hanya hidup selama beberapa bulan, meskipun beberapa telah dilaporkan hidup seumur hidup dan bahkan bereproduksi dengan keturunan yang lahir normal.
Fenomena sapi kepala dua sebenarnya masuk akal karena ada berbagai macam kembar siam.
Bahkan kembar siam non-dicephalic mungkin hampir tidak dapat disatukan dan dapat dipisahkan melalui operasi.
Bagaimana Fenomena Tersebut Dapat Terjadi?
Seperti yang diwartakan oleh laman Huron County Museum, beberapa literatur menunjukkan bahwa fenomena di atas disebabkan oleh gangguan pada garis primitif.
Garis primitif sendiri merupakan struktur embrio yang terorganisir dari sel-sel yang muncul pada minggu kedua masa kehamilan.
Apakah faktor lingkungan berpengaruh terhadap fenomena sapi kepala dua?
Tidak ada yang tahu persis mekanisme lingkungan dibalik pembelahan embrio yang tidak normal tersebut.
Kekurangan mineral dan faktor lingkungan seperti peningkatan suhu air dan paparan bahan beracun telah terlibat dalam beberapa spesies, tetapi kemungkinan besar ada banyak penyebabnya.
Kelainan gen yang sifatnya acak juga dapat mempengaruhi kesalahan perkembangan embrio yang memungkinkan terjadinya fenomena ini, seperti sapi berkepala dua lahir di Gunungkidul. **** (Kontributor: Meilisa Jibrani)
Penulis dan Editor
-
Admin
-
Tri Lestari
Bawaslu Sleman Periksa Panewu Anom Godean dan Lurah Sidoluhur Terkait Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN
Polisi Tangkap Pelaku Penjambretan yang Akibatkan Korban Meninggal Dunia di Bantul
Kemunculan Sumber Air di Gunungkidul Setelah Gempa Hebohkan Warga
3 Pemuda Ditangkap Usai Curi Mobil Rental di Piyungan
Malam ini, Wayang Jogja Night Carnival 2024 Siap Memukau di HUT ke-268 Kota Yogyakarta
Bintang Film “Laut Tengah” Sapa Penonton di Jogja City Mall
Gubernur DIY Kukuhkan Adi Bayu Kristanto Sebagai Pjs Bupati Bantul
KPU Kulon Progo Gelar Deklarasi Kampanye Damai Menuju Pilkada 2024
PSS Sleman Siap Hadapi Liga 1 2024/2025 dengan Skuad Baru dan Ambisi Besar
Kasus DBD di Gunungkidul Mengalami Tren Penurunan, Masyarakat Diminta Tidak Lengah
BUDAYA
Malam ini, Wayang Jogja Night Carnival 2024 Siap Memukau di HUT ke-268 Kota Yogyakarta
Pelatihan Bahasa Sastra Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Libatkan Teknologi Digital untuk Peningkatan Kualitas
GAYA HIDUP
Bintang Film “Laut Tengah” Sapa Penonton di Jogja City Mall
PSS Sleman Siap Hadapi Liga 1 2024/2025 dengan Skuad Baru dan Ambisi Besar
HARIANESIA
OLAHRAGA
PSS Sleman Siap Hadapi Liga 1 2024/2025 dengan Skuad Baru dan Ambisi Besar
GKR Hemas Ikut Nobar Indonesia Vs Iraq bersama Karang Taruna Kemantren Pakualaman di Alun-alun Sewandana
PENDIDIKAN
ZODIAK
Sifat Weton Jumat Wage yang Dinaungi Lintang Magelut dan Laku Pandita
Informasi Lengkap Weton Kelahiran 8 Februari 2023: Mulai dari Karakter, Pekerjaan, dan Jodoh
VIDEO
Bawaslu Sleman Periksa Panewu Anom Godean dan Lurah Sidoluhur Terkait Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN
Polisi Tangkap Pelaku Penjambretan yang Akibatkan Korban Meninggal Dunia di Bantul
Kemunculan Sumber Air di Gunungkidul Setelah Gempa Hebohkan Warga
3 Pemuda Ditangkap Usai Curi Mobil Rental di Piyungan
Malam ini, Wayang Jogja Night Carnival 2024 Siap Memukau di HUT ke-268 Kota Yogyakarta
Bintang Film “Laut Tengah” Sapa Penonton di Jogja City Mall
Gubernur DIY Kukuhkan Adi Bayu Kristanto Sebagai Pjs Bupati Bantul
KPU Kulon Progo Gelar Deklarasi Kampanye Damai Menuju Pilkada 2024
PSS Sleman Siap Hadapi Liga 1 2024/2025 dengan Skuad Baru dan Ambisi Besar
Kasus DBD di Gunungkidul Mengalami Tren Penurunan, Masyarakat Diminta Tidak Lengah