Jathilan Daster di Bantul Dianggap Merusak Seni, Begini Klarifikasi Ketua Kelompok

Usai menjadi viral, akhirnya pihak yang mengaku sebagai Ketua Taman Senja Ngelo dan Pimpinan TSSM pun memberi klarifikasi.

BACA JUGA:  Ditemukan 37 Kasus Leptospirosis di Bantul, 6 Orang Meninggal Dunia
Jathilan daster di Bantul
Klarifikasi pihak penyelenggara Jathilan. (Foto: Grup Facebook JPA Lovers/Andi Saputro)

Seperti dilansir dari Facebook Tegar Ridho, pria yang bernama Ari itu mengungkap bahwa penampilan Jathilan daster di Jogja digelar karena banyak masyarakat yang mengeluh karena gerakan Jathilan monoton, hanya itu-itu saja.

Itulah yang mendasari adanya penampilan Jathilan dengan menggunakan baju daster tersebut.

Sebagai pembimbing paguyuban TSSM, dirinya juga meminta maaf jika telah menimbulkan keresahan.

Kalau memang keputusan memakai baju daster, membuat resah temen-temen sedulur seni, saya disini secara pribadi dan pembimbing paguyuban tssm meminta maaf kepada temen-temen semua,” tulisnya dikutip dari tangkapan layar percakapan WhatsApp.

Sejarah Kemunculan Seni Jathilan

Usai melihat video Jathilan daster di Jogja, banyak masyarakat hingga pegiat seni yang kemudian memberi tanggapan negatif karena seni ini juga dianggap memuat nilai-nilai sejarah yang kuat.

Seperti dilansir dari laman resmi Pemerintah Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, kesenian ini juga dikenal dengan nama kuda lumping, jaran kepang, dan kuda kepang.

Kesenian ini berasal dari kalimat berbahasa Jawa, ‘jaranne jan thil-thillan tenan,’ yang dalam bahasa Indonesia berarti, ‘Kudanya benar-benar joget tak beraturan.’

Joget tak beraturan (thil-thillan) ini bisa dilihat khususnya ketika para penari telah kerasukan.

Admin