Filosofi Wabi Sabi Jepang: Mengenal Makna Keindahan dalam Ketidaksempurnaan

Berbagai media cetak dan sosial berlomba menunjukkan standar gaya hidup dan kecantikan yang seolah-olah ideal hingga membuat manusia menjadi stres, cemas, bahkan depresi karena kelewat terpaku dengan standar yang dibangun oleh mayoritas masyarakat.

Leonard Koren mengatakan bahwa wabi sabi mengingatkan kita untuk menghentikan kesenangan kita akan kesuksesan, kekayaan, status, kekuasaan, dan kemewahan dan menikmati hidup tanpa beban.

Filosofi wabi sabi Jepang bicara mengenai suatu penerimaan bahwa semuanya tak mesti sempurna.

Setiap manusia tetap menarik meski secara fisik memiliki sejumlah kekurangan, seperti tubuh gemuk atau kurus, badan terlalu pendek atau tinggi, berbagai warna kulit, et al.

Apa pun yang dimiliki saat ini adalah keindahan sehingga tak perlu mengubahnya menjadi standar tertentu hingga seragam dengan yang lain dan hilang sifat alaminya.

Wabi sabi juga mengajarkan penerimaan terhadap segala pemberian alam maupun takdir hidup dengan bahagia.

Wabi sabi menjelma bak ruang terbuka bagi setiap perhatian, pengampunan, dan penerimaan.

Berhenti menyesali kejadian pahit di masa lalu atau pun kekurangan lain kemudian menerimanya sebagai seni kehidupan adalah langkah yang tepat untuk menerapkan filosofi ini.

Menerima Ketidaksempurnaan Sebagai Bentuk Implementasi Filosofi Wabi Sabi Jepang

Menerima ketidaksempurnaan berarti tetap berupaya memperbaiki kualitas hidup ke arah yang lebih baik tanpa selalu terpaku pada kesempurnaan, alih-alih sekadar menerima kehidupan serba sulit dan muram dengan berserah diri.

Admin